Selasa, 11 Desember 2012

TIPS MENINGKATKAN KEPRIBADIAN DIRI




Jangan biarkan stress dan pikiran negative mengubah anda menjadi murung, tetaplah gembira dengan latihan kepribadian berikut ini :

*Tetaplah tersenyum.

Usahakan tetap tersenyum betapa pun anda memiliki hari-hari yang tidak menyenangkan. Hal ini mungkin terasa seperti terpaksa saat itu tapi anda kemudian akan terheran-heran begitu besar senyum dapat meningkatkan spirit anda.

*Pandai mengontrol diri.

Ekspresi wajah merupakan salah satu tanda yang menggambarkan perasaan anda yang paling mudah dikenali. Upayakan ekspresi mimic muka anda netral sekalipun ketika anda tengah marah atau stress dan jangan biarkan dahi berkerut karena kerutan itu perlahan-lahan akan membuat anda tampak lebih tua.

*Tetap berkomunikasi

Menutup dan menolak berkomunikasi secara emosi hanya bakal membuat masalah lebih runyam jika hari-hari anda tetap penuh dengan kegelisahan dan ketegangan. Tidak masalah apapun situasinya, cobalah membuat segala sesuatu mudah dan teratur dengan membiarkan berkomunikasi kepada teman atau rekan kerja anda.

*Rasakan perasaan orang

Pikirkan bagaimana anda ingin diperlukan orang lain sebelum Anda memuntahkan perasaan kesal kepada orang lain. Tak ada seorang pun di sekitar anda yang ingin menjadi objek cemberut anda. Jika anda tidak ingin diperlukan seperti itu, jangan memberlakukan orang lain seperti itu.

*Miliki rasa humor

Seberapa pun beratnya hari-hari anda, cobalah untuk tidak menghilangkan perasaan humor. Tertawa itu baik bagi jiwa dan membantu membuat orang di sekitar anda merasa lebih baik dan tujukan Anda memiliki kepribadian baik.

Selasa, 27 November 2012

ibumu adalah malaikatmu





Suatu Pagi Seorang Bayi Siap Untuk Dilahirkan Ke Dunia.
Dia bertanya kepada Tuhan,

Bayi : "Para malaikat di sini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana? saya begitu kecil & lemah."

Tuhan : "Aku sudah memilih 1 malaikat
untukmu. Ia akan menjaga dan
mengasihimu."

Bayi : "Tapi di sini di dalam surga apa
yang pernah kulakukan hanyalah
bernyanyi dan tertawa. Ini sudah cukup bagi saya."

Tuhan : "Malaikatmu akan bernyanyi dan
tersenyum untukmu setiap hari dan
kamu akan merasakan kehangantan
cintanya dan menjadi lebih berbahagia."

Bayi : "Dan bagaimana saya bisa
mengerti saat orang-orang berbicara
kepadaku jika saya tidak mengerti
bahasa mereka?"

Tuhan : "Malaikatmu akan berbicara
kepadamu dengan bahasa paling indah
yang pernah engkau dengar dan dengan
penuh kesabaran dan perhatian dia akan
mengajarkanmu bagaimana cara
berbicara."

Bayi : "Apa yang akan saya lakukan saat
saya ingin berbicara kepadamu?"

Tuhan : "Malaikatmu akan
mengajarkanmu bagaimana cara
berdoa."

Bayi : "Saya dengar bahwa di bumi
banyak orang yang jahat, siapakah nanti
yang akan melindungi saya?"

Tuhan : "Malaikatmu akan melindungimu
walaupun hal itu akan mengancam
jiwanya."

Bayi : "Tapi saya pasti akan sedih karena tidak melihatMu lagi."

Tuhan : "Malaikatmu akan menceritakan
padamu tentang-Ku dan akan
mengajarkan bagaimana agar kamu bisa
kembali kepada-Ku, walaupun
sesungguhnya Aku akan selalu berada di
sisimu." Saat itu surga begitu tenangnya sehingga suara dari Bumi dapat terdengar dan sang bayi pun bertanya perlahan,

"Tuhan, jika saya harus pergi sekarang,
bisakah Engkau memberitahuku nama
malaikat tersebut?"

Jawab Tuhan,
....."Kamu akan memanggil malaikatmu,
IBU."

Senin, 12 November 2012

Tidak ada pertumbuhan tanpa perubahan, Tidak ada perubahan tanpa rasa takut atau kehilangan, dan Tidak ada kehilangan tanpa kepedihan.

Meskipun Allah bisa langsung mengubah kita, namun ia telah memilih untuk membentuk kita perlahan - lahan, mengapa untuk berubah dan bertumbuh membutuhkan waktu yang begitu lama ???? 
ada beberapa alasan : 

kita belajar dengan lambat, kita seringkali harus mempelajari kembali pelajaran empat puluh atau lima puluh kali sebelum benar - benar mengerti, masalah yang sama terus berulang - ulang dan kita berfikir, "jangan lagi" aku telah mempelajari nya" tetapi Allah lebih tahu, sebab kita membutuhkan pengulangan.

Ada banyak yang harus kita lupakan, banyak orang yang pergi ke konselor untuk menyelesaikan msalah pribadi atau rumah tangga yang telah terjadi selama bertahun - tahun.

Mereka berkata : "saya ingin anda memperbaiki masalah saya. saya beri anda waktu satu jam." karena sebagian besar masalah dan kebiasaan buruk kita tidak berubah dalam waktu semalam, makan tidak realitis jika kita mengharapkan itu semua lenyap dengan seketika.

pertumbuhan seringkali terasa menyakitkan dan menakutkan, tetapi jika anda ingin agar sepuluh tahun ke depan menjadi masa terbaik dalam hidup anda, maka pekerjaan yang anda lakukan sekarang tidak sia - sia.

tidak ada pertumbuhan tanpa perubahan, tidak ada perubahan tanpa rasa takut atau kehilangan, dan tidak ada kehilangan tanpa kepedihan, bahkan walaupun jika cara hidup lama kita merugikan diri sendiri, kita bisa tergoda untuk kembali, ibarat sepasang sepatu usang yang terus kita pakai karena nyaman dan akrab dengan kita. 

Anda harus melepaskan cara - cara lama untuk mendapatkan pengalaman baru, tapi apa yang telah Allah rencanakan untuk anda jauh lebih hebat dari apapun yang bisa anda bayangkan. tetaplah tekun melakukannya, ingatlah bahwa "sedikit demi sedikit" Allah sedang membuka jalan bagi anda untuk tumbuh dan berubah. 

Kamis, 08 November 2012

Meskipun tidak seorangpun mengucapkan terima kasih atas perbuatan baik kita, itu tidaklah mengecilkan arti Perbuatan Baik itu sendiri.



Perbuatan baik yang tulus adalah tidak untuk mengharapkan sesuatu dan merupakan kewajiban kita untuk membuang batu-batu di jalan yang dilalui, bukan saja karena takut melukai kita, namun juga untuk menjaga pejalan lainnya.

Meskipun tidak seorangpun mengucapkan terima kasih atas perbuatan baik kita, itu tidaklah mengecilkan arti Perbuatan Baik itu sendiri. Maka apalah arti sebuah ucapan terima kasih, biarkanlah kebaikan mengalir dari tangan kita, dan biarkan benak kita terbebas dari perasaan berjasa. Artikel di bawah ini menceritakan mengenai perbuatan baik yang tulus. Silahkan mengikuti isi ceritanya.

Seorang anak kecil tiba-tiba terperosok ke dalam lumpur. Ia berteriak-teriak ketakutan dan meminta bantuan namun tak seorang pun ia temukan di sekitarnya.

Seorang petani asal Scottland mendengar suara teriakan anak kecil itu dari kejauhan. Ia segera meninggalkan pekerjaannya dan membantu anak itu keluar dari lumpur. Anak itu berterimakasih kepada petani tersebut kemudian ia pulang.

Keesokan harinya, ayah dari anak kecil ini mendatangi si petani untuk mengucapkan terimakasih. Bapak itu adalah orang kaya dan ia menawarkan balas jasa kepada si petani. Petani baik hati ini menolak penawaran tersebut dan tidak menuntut balas jasa apapun. Ketika mereka berbicara, bapak yang kaya itu melihat anak si petani keluar dari rumah yang sangat sederhana itu.

Kemudian bapak yang kaya ini menemukan ide untuk membalas jasa si petani. Ia menawarkan bantuan berupa fasilitas pendidikan bagi anak si petani. Ia berjanji akan memberikan fasilitas yang terbaik dan menanggung semua biaya pendidikan.

Singkat cerita, anak petani sederhana itu pun masuk ke St. Mary’s Hospital School di London yang merupakan universitas terbaik. Anak petani ini mempergunakan kesempatan dan berkat yang ia terima ini dengan baik. Ia belajar sungguh-sungguh supaya ia tidak mengecewakan orang yang telah menolongnya.

Anak petani ini bernama Alexander Fleming. Karena ia anak yang cukup cerdas, ia menjadi terkenal karena penemuan spektakulernya, Penicillin.

Bertahun-tahun kemudian, anak seorang kaya yang pernah membantu Fleming mengalami pneumonia dan hanya satu obat yang bisa menyembuhkannya. Obat itu tak lain adalah obat yang ditemukan oleh Fleming, Penicillin. Anak bapak kaya yang telah diselamatkan itu adalah Winston Churchill.

Ingat kawan, setiap kebaikan yang kita lakukan nantinya pasti akan kembali kepada setiap kita. Ada pepatah: apa yang kita tabur pasti akan kita tuai. jadi jika kita menabur kebaikan pasti kita akan menuai kebaikan pula. Begitu sebaliknya, jika kita menabur kejahatan maka kita akan menuai kejahatan juga.

Oleh karena itu, janganlah pernah bosan-bosannya untuk melakukan Perbuatan Baik, karena kita akan menuai hasilnya.

HAVE A GOOD DAY!

Kamis, 01 November 2012

percayalah, genderang harapan masih terus berdentam keras bagi semua generasi


Albert Einstein berkata, “Saya memandang dan melihat apa yang dilihat orang lain. Kemudian saya memikirkan hal-hal yang tak pernah dipikirkan orang lain.”

Sudah seharusnya setiap kita memiliki keinginan sangat kuat untuk menggunakan semua anugerah yang diberikan Tuhan, mendengar genderang harapan berseru kepada kita, “Bangun! Bangun! Melangkahlah ke depan.”

Sering kali sedemikian tumpulnya kemampuan kita untuk mendengar irama genderang yang tidak terdengar oleh orang lain itu hingga kita nyaris tak bisa mendengar pola irama tabuhannya. Apa yang menyebabkan ketulian separah itu?

Penyebabnya adalah terlalu banyak mendengarkan perkataan para nay-sayer (para pesimis). “Kaupikir kau siapa?””Kau tidak berbakat dalam hal itu.” “Kau tidak berpeluang. jadi, untuk apa menc0ba?”

Kalau mendengarkan orang yang negatif, kita bisa terbawa untuk berpikir bahwa mereka memang tahu apa yang mereka bicarakan. Mendengarkan mereka akan membuat mereka bersuara lebih keras. Akhirnya, genderang harapan pun perlahan-lahan meredup.

Bagaimanapun, percayalah, genderang harapan masih terus berdentam keras bagi semua generasi yang sejak awal telah menciptakan kehidupan yang Iebih baik. Albert Einstein, Winston Churcill, Helen Keller, dan jutaan pemikir hebat lain dikeluarkan dari sekolah karena terlalu bodoh untuk diajari.

Mereka diberitahu bahwa mereka terlalu bodoh untuk belajar!. lngat, tidak ada seorang pun yang mengetahui kemampuan Anda selain diri Anda sendiri.

Genderang harapan itu masih ada sampai sekarang. Yang harus Anda lakukan adalah menaruh jari di atas urat nadi lengan Anda agar dapat merasakannya, agar dapat mendengarnya berseru kepada Anda, “Bangun!”

Di semua rumpun bangsa di bumi ini, sebagian mendengar genderang harapan. Sebagian membungkam para nay—sayer (pesimis) dan sukses. Sabagian lagi jatuh, sedikit berdarah, namun bangun dan berjuang lagi. Mereka yang mendengar adalah para pelaku, pencipta, dan pemimpin. Sebagian berani, dan berbaris maju mengikuti irama genderang.

Apakah itu Anda?

Semoga harapan selalu menyertai Anda dan Sukses untuk Anda.

Senin, 29 Oktober 2012

7 Kesalahan Fatal dalam Membangun Habit dan Perilaku yang Produktif



Pada akhirnya, perjalanan merajut bentangan kesuksesan itu mungkin amatlah sederhana. Just develop good habits, and you can change your life forever. Mau kaya? Rajinlah menabung. Mau pintar? Rajinlah belajar. Mau sehat? Rajinlah berolahraga. Mau masuk surga? Rajinlah shalat tahajud dan bersedekah.

Simple bukan? Ya, memahat kemakmuran dunia akherat itu memang sederhana. Yang rumit : bagaimana menginstal kata “RAJIN” itu dalam relung jiwa kita secara konstan.

Sajian renyah kali ini mau menghidangkan menu tentang 7 kesalahan fatal yang tanpa sadar yang sering kita lakukan, ketika mau membangun “sikap rajin”, habit dan perilaku produktif dalam hidup kita.

7 kesalahan atau mitos yang mau dipaparkan disini didasarkan pada riset perilaku yang ekstensif yang telah dilakukan oleh Stanford University Persuasive Lab (sebuah lembaga terkemuka yang dengan getol mempelajari seluk-beluk perilaku manusia). Dus dengan kata lain, daftar kesalahan ini bukan karangan belaka (atau sekedar opini bebas), namun proven, dan berbasis ribuan data empiris.
Mari segera kita telisik 7 error ini satu demi satu.

Mistakes # 1 : Relying on Willpower for Long Term Behavior Change. Ini kesalahan mendasar yang acap menjebak orang : ketika mau berubah, hanya mengandalkan willpower (kemauan pribadi).

Benar, kemauan itu penting, namun faktanya : cadangan kemauan orang itu amat terbatas. Dan kemauan kuat itu ternyata mudah menguap. Itulah kenapa banyak orang menggebu-gebu di awal, namun pelan-pelan pudar willpowernya. Banyak inisiatif perubahan yang kemudian gagal karena kesalahan ini.

Mistake # 2 : Attempting big leaps, instead of baby steps. Kesalahan ini terjadi lantaran kita terlalu ambius : oke mulai besok, saya mau lari pagi setiap hari selama 10 KM. Faktanya : mengubah habit jauh lebih sukses dengan goal yang simple dan kelihatannya kecil : oke mulai besok, saya mau jalan kaki 5 menit saja per 2 hari sekali.

Riset membuktikan, sasaran yang kedua ini akan JAUH lebih sukses dijalankan, dan pelan-pelan – ini ajaibnya – akan membesar dengan sendirinya (maksudnya, bulan depan naik menjadi 10 menit, terus 15 menit, dst)

Mistake # 3 : Ignoring how environment shapes behaviors. Ini benar-benar kunci : lingkungan Anda punya pengaruh besar terhadap habit dan perilaku Anda.

Ribuan motivator kelas dunia bisa didatangkan dari antah berantah, namun hasilnya tetap akan sama : sepanjang lingkungan Anda tidak di-redesain. Di desain supaya kompatibel dengan habit yang mau dibangun.

Mistake # 4 : Blaming Failures on Lack of Motivation. Ini lagi, kesalahan yang lazim terjadi. Sedikit-sedikit, menyalahkan motivasi ketika seseorang tidak mau berubah perilakunya.Yang seharusnya dilakukan : melakukan rekayasa konteks, sehingga perilaku yang mau dibangun menjadi lebih mudah dilakukan (auto debet tagihan adalah contoh sempurna : merubah kemalasan orang membayar tagihan itu bukan dengan menasehati dia supaya bayar tepat waktu.

Tapi cukup sediakan sistem yang membuat prosesnya mudah. Sim salabim, lahirlah : auto debet tagihan. Tapi banyak orang yang tulalit : terus saja menyalahkan motivasi pelanggan yang malas membayar tagihan TANPA berpikir menyediakan “rekayasa konteks” untuk mengubah perilaku).

Mistake # 5 : Believing that Information Leads to Action. Nah ini kesalahan yang dilakukan orang tulalit diatas itu : terus saja memberikan wejangan/nasehat/informasi, seolah-olah ini akan mendorong perubahan perilaku. Salah besar.

Nasehat dan informasi verbal itu nyaris tidak punya dampak pada perubahan perilaku. Mengubah perilaku hanya dengan “sosialisasi tentang pentingnya blah blah blah”, hanya akan membuat Anda frustasi.

Mistake # 6 : Focusing on Abstract Goals. Saya ingin sehat. Saya ingin kaya. Ini tujuan yang terlalu abstrak dan menurut riset, tidak mendorong perubahan perilaku.

Mulai besok saya akan sit up 7 kali per hari. Mulai bulan ini saya harus menabung 250 ribu/bulan. Sasaran yang lebih konkrit semacam ini JAUH memberikan dampak bagi perubahan perilaku.

Mistake # 7 : Assuming that Behavior Change is Difficult. Kesalahan terakhir ini terjadi ya karena itu tadi : terlalu mengandalkan willpower dan motivasi (yang cadangannya tipis) dan juga tidak dibangun berdasar strategi yang tepat.

Padahal mengubah perilaku itu akan jauh lebih mudah kalau saja kita bisa menjalankan strategi yang dipaparkan diatas : mulailah dengan perubahan kecil, ciptakan sasaran yang konkrit, dan desain sistem atau konteks yang mendukung perubahan perilaku (ingat : kasus auto debet diatas).
Itulah 7 MISTAKES yang layak dicatat kalau kita mau membangun habit dan perilaku yang produktif.

Develop good habits. Develop good behaviors. For Your Fantastic Life.

Selasa, 23 Oktober 2012

cerita dari istri john maxwell


Suatu ketika istri john maxwell ( pembicara motivator top ) Margaret, sedang menjadi pembicara di salah satu sesi seminar tentang "Kebahagiaan"

Maxwell sang suami duduk di bangku paling depan dan mendengarkan ,..... 
Di akhir sesi, semua pengunjung bertepuk tangan dan tibalah waktu nya untuk sesi tanya jawab. 
setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu mengacungkan tanganya untuk bertanya ,... 
" Mrs Margaret, apakah suami anda membuat anda bahagia ????? 

Seluruh ruangan serentak hening saat terdengarh sebuah pertanyaan yang luar biasa. Margaret tampak berfikir beberapa saat dan kemudian menjawab, " Tidak " ????????????

seluruh ruangan terkejut, mendengar suara dari mulut margaret yang mengatakan "Tidak" 
John maxwell tidak membuatku bahagia !!!!

seisi ruangan langsung menoleh ke arah maxwell, maxwell juga menoleh - noleh mencari pintu keluar....
rasanya ingin cepat - cepat keluar. kemudian, lanjut Margaret, "john maxwell adalah seorang suami yang sangat baik, 

ia tidak pernah berjudi, mabuk - mabukan, main serong, ia selalu setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani....
tapi, tetap dia tidak bisa membuatku bahagia...""
Tiba - tiba ada suara bertanya "mengapa ?"

"karena" jawabanya ! tidak seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaanku, selain diriku sendiri. "

kawan, margaret mengatakan, tidak ada orang lain yang bisa membuatmu bahagia. 
baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu, hobimu,... semua itu tidak bisa membuatmu bahagia,..

karena yang bisa membuatmu bahagia itu adalah dirimu sendiri... kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri sesungguhnya pola pikir kita bahagia atau tidak bukan faktor luar ....

Karena bahagia adalah pilihanmu sendiri. 

salam feel good.


by Mr Herman mirage

Kamis, 11 Oktober 2012

Perbedaan yang Mencolok Antara Budaya Jepang dengan Indonesia




1. Ketika di kendaraan umum :

Jepang: Orang-orang pada baca buku atau tidur.
Indonesia: Orang-orang pada ngobrol, ngegosip, ketawa-ketiwi cekikikan, ngelamun, dan tidur.

2. Ketika makan dikendaraan umum:

Jepang: Sampah sisa makanan disimpan ke dalam saku celana atau dimasukkan ke dalam tas, kemudian baru dibuang setelah nemu tong sampah.
Indonesia: Dengan wajah tanpa dosa, sampah sisa makanan dibuang gitu aja di kolong bangku/dilempar ke luar jendela.

3. Ketika dikelas :

Jepang: Yang kosong adalah bangku kuliah paling belakang.
Indonesia: Yang kosong adalah bangku kuliah paling depan.

4. Ketika dosen memberikan kuliah :

Jepang: Semua mahasiswa sunyi senyap mendengarkan dengan serius.
Indonesia: Tengok ke kiri, ada yang ngobrol. Tengok ke kanan, ada yg baca komik. Tengok ke belakang, pada tidur. Cuma barisan depan aja yang anteng dengerin, itu pun karena duduk pas di depan hidung dosen!

5. Ketika diberi tugas oleh dosen :

Jepang: Hari itu juga siang atau malemnya langsung nyerbu perpustakaan atau browsing internet buat cari data.
Indonesia: Kalau masih ada hari esok, ngapain dikerjain hari ini!

6. Ketika terlambat masuk kelas :

Jepang: Memohon maaf sambil membungkukkan badan 90 derajat, dan menunjukkan ekspresi malu dan menyesal gak akan mengulangi lagi.
Indonesia: Slonong boy & slonong girl masuk gitu aja tanpa bilang permisi ke dosen sama sekali.

7. Ketika dijalan raya :

Jepang: Mobil sangat jarang (kecuali di kota besar). Padahal jepang kan negara produsen mobil terbesar di dunia, mobilnya pada ke mana ya?
Indonesia: Jalanan macet, sampai-sampai orang susah nyebrang & sering keserempet motor yg jalannya ugal-ugalan.

8. Ketika jam kantor :

Jepang: Jalanan sepiiiii banget, kayak kota mati.
Indonesia: Ada Oknum pake seragam coklat2 pada keluyuran di mall-mall.

9. Ketika buang sampah :

Jepang: Sampah dibuang sesuai jenisnya. Sampah organik dibuang di tempat sampah khusus organik, sampah non organik dibuang di tempat sampah non organik.
Indonesia: Mau organik kek, non organik kek, bangke binatang kek, semuanya tumplek jadi satu dalam kantong kresek. (make it simple hahahaa)

10. Ketika berangkat kantor :

Jepang: Berangkat naik kereta/bus kota. Mobil cuma dipakai saat acara liburan keluarga atau acara yang bersifat mendesak aja.
Indonesia: Gengsi dooonk... Masa naik angkot?!

11. Ketika janjian ketemu :

Jepang: Ting...tong... semuanya datang tepat pada jam yg disepakati.
Indonesia: Salah satu pihak pasti ada dibiarkan sampai berjamur & karatan gara-gara kelamaan nunggu!

12. Ketika berjalan dipagi hari :

Jepang: Orang-orang pada jalan super cepat kayak dikejar doggy, karena khawatir telat ke tempat kerja atau sekolah.
Indonesia: Nyantai aja cyinn...! Si boss juga paling datangnya telat!

HIDUP INDONESIA !!! Hehehehehe,...... 

Senin, 08 Oktober 2012

tips menjadi sales profesional



"Harga Produk Anda Mahal..."

Bila Anda belum pernah dibentak calon customer "Harga Produk Anda Mahal...", ada kemungkinan Anda belum betul-betul mulai belajar jualan.

Bagaimana menghadapi calon customer yang bilang produk kita mahal? Oops, tunggu dulu.... Jangan panik dulu, dan jangan menjawab dulu sebelum Anda paham mengapa calon customer kita bilang mahal.


Menurut survey, ketika seseorang bilang sesuatu mahal, yang dimaksud dengan mahal bisa jadi salah satu dari lebih dari selusin kemungkinan di bawah ini:

1. Manfaat produk dinilai terlalu rendah (kecil) dibanding harganya.
2. Karena dibandingkan dengan produk lain yang sejenis yang lebih murah.
3. Karena dibandingkan dengan produk substitusi lain yang lebih murah.
4. Kepengen nawar.
5. Ingin mengulur waktu pembelian.
6. Ingin mencoba 'show of power' (=pamer kuasa) bahwa Customer adalah Raja.
7. Tidak punya cukup uang.
8. Belum ada urgensi (mendesak) atas produk tersebut.
9. Hanya sekedar cek harga (memenuhi rasa ingin tahu saja)
10.Masih ragu dengan kualitas produk atau layanan yang akan didapatkan.
11.Ingin mencari alternatif lain.
12.Memang produk kita mahal.
13.Bukan segmen pasar yang cocok.
14.Tidak mempunyai "kuasa" untuk menentukan pembelian
15.Cuma iseng.
16.dll

Jika Anda bertemu dengan calon customer yang mengatakan "Harga produk Anda mahal...", satu-satunya tanggapan yang Anda perlu lakukan adalah MENANYAKAN kembali "Mengapa...."

Usahakan gali terus sampai menemukan akarnya. Tanyakan mengapa..., mengapa..., dan mengapa....

"Mengapa Anda mengatakan produk kami mahal?"
"Karena AAA"

"Mengapa AAA?"
"Karena BBB"

"Mengapa BBB?"
"Karena CCC"

ketika CCC tidak bisa digali lagi dan Anda sudah memahami mengapa calon customer mengatakan mahal, baru pikirkan solusi dan jawaban yang tepat bagi calon customer.

 

Over Promise Can Kill U

Semua sales person, semua marketer, semua enterpreneur rasanya mengerti apa yang disebut "Customer Satisfaction". Malah banyak yang gembar-gembor "perusahaan kita mengutamakan customer satifaction  sama dengan kepuasan pelanggan".

tapi pertanyaannya, kepuasan pelanggan yang bagaimana?

Hampir semua perusahaan mengetahui dan menjalankan strategi untuk memenuhi kepuasan pelanggan, tetapi kenyataannya sangat banyak kita dengar, kita saksikan orang-orang yang dikecewakan.

Jangan berbicara mengenai "memberi kepuasan pelanggan" jika kita tidak mengerti bagaimana "memanage harapan pelanggan".

Ya, harapan pelanggan senantiasa berbanding terbalik dengan kepuasan pelanggan. Semakin tinggi harapan pelanggan, semakin sulit pelanggan dipuaskan.

Salah satu tips terbaik untuk teman2 sales, jangan sesekali memberi janji berlebihan. Lebih baik "under promise - over deliver" daripada sebaliknya

 

12 Golden Principles of Selling

1. Selalu menjual kepada "orang"

Tidak menjadi masalah Anda sedang menawarkan sesuatu kepada institusi atau organisasi, tetapi yang Anda temui adalah manusianya. Pemahaman akan perilaku manusia dan bagaimana berinteraksi dengan manusia tidak kalah penting dengan pengetahuan akan produk yang Anda wakili.
Orang membeli dari orang, dan akan selalu begitu.

2. Juallah "diri" Anda

Customer tidak hanya sekedar membeli produk yang Anda wakili, melainkan customer membeli Anda sekaligus. Untuk itu Anda perlu:

- Menjadi orang yang menyenangkan.
  Customer tidak suka membeli dari orang yang bete, membosankan, atau menyebalkan.
- Cerdas dan berwawasan.
  Customer berharap bertemu dengan sales person yang cerdas dan berwawasan agar bisa diajak memikirkan     solusi yang diperlukan. Sales person yang tidak berwawasan hanya memikirkan komisi yang bakal diterima       saja.
- Jangan menjadi sombong.
  Memegang teguh prinsip tidak harus menjadikan Anda sombong. Hargailah customer Anda, maka customer     juga akan menghargai Anda.

3. Anda harus pintar bertanya

Dalam semua literatur dan pelatihan penjualan selalu disebutkan bagi sales person, jauh lebih penting pintar bertanya daripada pintar bicara. Rumus umum mengembangkan pertanyaan adalah Apa, Dimana, Kapan, Siapa, dan Mengapa.

4. Anda juga harus pintar mendengar

Pemasar profesional mengerti mengapa Tuhan memberikan 2 telinga dan 1 mulut. Dalam kebanyakan transaksi penjualan, Anda perlu mengalokasikan 80% dari waktu pertemuan untuk mendengar dan hanya 20% untuk berbicara dan bertanya. Anda perlu mengembangkan kemampuan "active listening" skills. Dalam bahasa Inggris listen berbeda dengan hear dan yang diperlukan disini adalah listen.

5. Fokuskan pada fitur yang memberi manfaat

Customer membeli manfaat dari fitur-fitur yang ada di produk yang Anda jual. Selalu kaitkan setiap fitur yang Anda presentasikan dengan manfaat yang diperlukan oleh customer. "Fitur xxx akan memberi perusahaan Anda kemudahan yyyy". Jika Anda tidak bisa menemukan manfaat dari fitur tertentu bagi customer, lewati fitur tersebut.

6. Jual "gambaran" manfaat

Berikan gambaran yang nyata bagaimana produk yang Anda tawarkan bisa meningkatkan kualitas kerja dan hidup customer.

7. Jangan bergantung pada logika

Menurut survey, keputusan membeli didorong oleh 84% unsur emosional. Unsur emosional yang dimaksud antara lain kebutuhan akan: ego, rasa aman, kebanggan, gengsi, status, ambisi, dan rasa takut kehilangan. Anda tidak perlu menjadi ahli psikologi untuk memahami hal-hal ini.

8. Pahami produk Anda sedetil mungkin

Anda bisa memberikan solusi terbaik dan "mem-personalisasi" manfaat bagi customer Anda jika Anda memahami sifat produk Anda dengan baik. Ingat, customer tidak membeli dari Anda karena mereka ingin membeli produk Anda, customer ingin membeli solusi dan manfaat yang bisa didapat dari produk Anda.

9. Jadilah unik

Anda perlu mengembangkan perilaku menjadi "me first", jadilah yang pertama menghampiri customer dengan solusi. Customer tidak suka dengan sales person yang hanya bisa "me too". Setiap bisnis, setiap orang, setiap produk mempunyai keunikan tersendiri. Tantangan bagi Anda adalah temukan keunikan dari produk Anda, perusahaan Anda, dan diri Anda sendiri.

10. Jangan menjual berdasarkan keunggulan harga melulu

Ketahuilah, banyak pihak lain yang bisa merebut bisnis kita dan keunggulan harga adalah keunggulan yang paling mudah ditiru. Jika penjualan hanya berdasarkan harga, prusahaan tidak memerlukan sales person lagi.

11. Hadirkan solusi Anda

Setiap proposal yang Anda kirimkan, baik lewat pos, email, atau fax harus menjelaskan solusi dan manfaat bagi customer.

12. Selalu bersikap profesional

Apa yang Anda ketahui tentang profesional? Menjadi profesional itu tergantung pada tiga hal:
- Apa yang Anda lakukan
- Apa yang Anda katakan
- dan Bagaimana Anda bersikap

SELAMAT BERJUANG !!!! 

Jumat, 05 Oktober 2012

Financial Freedom

 


Sebagai penyimak program sekaligus pemerhati perkembangan sekitar, hati dan jiwa saya berbaur multi rasa. Kagum atas kepiawaian para ahli berbicara tentang hal yang memang dikuasainya, ikut bangga dengan teman-teman yang berhasil di bidangnya sekalipun barangkali sang teman itu tidak tahu bahwa saya membanggakan dia. Atau, justru.. kadang-kadang timbul juga rasa kuatir saya  dengan dampak negatif atas mentalitas komunal bangsa ini gara-gara semangat para motivator yang begitu menggebu, tetapi mungkin kurang memikirkan relevansi dan akibat dari sebuah seminar motivasi tentang terobosan-terobosan tertentu... Demi dinilai maju dan bisa sukses, orang rela melakukan apa saja yang penting berhasil. Dan ukuran sukses salah satunya adalah uang.
Financial Freedom. 

 Ah, indahnya, bilamana kita ingin punya sesuatu atau ingin beli sesuatu: tinggal tunjuk saja di rak kaca di mall, lihat-lihat atau coba-coba sedikit.. lalu beli. Atau, kalau sudah bosan dengan satu warna tertentu dari kendaraan yang saya pakai dan ingin ganti tipe atau warna lain, dengan mudah melemparnya ke tempat barang bekas, dan beli lagi yang baru. Apakah dunia financial freedom seperti itu yang sungguh-sungguh saya inginkan? Saya merenung.

 Tidak juga.

Kalau saya menganggap kebebasan finansial adalah identik dengan saya bebas menggunakan uang saya untuk apa dan bagaimana semau saya – maka saya sudah menjadi seorang yang boros tidak pada tempatnya. Apakah perlu sedemikian membelanjakan uang yang saya miliki untuk memuaskan kesenangan saya?

Mungkin tidak.

Akan tetapi.. manakala saya berpikir bahwa mungkin saja saya tidak terlalu memerlukan belanja ini dan itu.. karena yang ada tersebut akhirnya tidak lagi menjadi daya tarik utama dalam hidup saya – atau karena saya merasa bebas olehnya— maka saya bisa masuk dalam tahap tidak peduli ada uang berapa, saya akan gunakan sewaktu saya butuh, saya tidak akan gunakan untuk hal-hal yang menurut saya tidak perlu... Jadi, uang ya uang. saya ya saya. Apa begitu?

 Lalu, bagaimana bila saya masuk ke dalam kategori orang yang apa adanya dalam penampilan, dalam keseharian, dan seterusnya...? Artinya, sekalipun saya ada memiliki cukup banyak uang untuk dibelanjakan guna menikmati hidup, saya memilih tetap hidup apa adanya... lalu, kalau demikian halnya, uang saya untuk apa?

Menjadi cukup irit atau berhemat sehingga cenderung pelit, padahal uangnya tersedia tentulah juga bukan merupakan konsep financial freedom. 

Suatu ketika, saya memilih berjalan di pertokoan elit, kebetulan kala itu saya sedang mengenakan pakaian yang cukup pantas dan terlihat cukup terpandang dari penampilan sehingga kalau saya masuk ke satu outlet di situ, sales promotion girl segera menghampiri, “Bisa dibantu, Bu?” Saya membalas dengan senyum dan sebuah anggukan kecil. Lalu berkata singkat, “Lihat-lihat dulu, ya Mbak.”

Saya memang murni ingin melihat-lihat. Lain tidak. Jujur saja, memang saya tidak punya cukup uang untuk berbelanja barang pribadi yang bagi saya termasuk mewah atau  terlalu elit bagi saya.

Namun, hati saya senang melihat barang-barang bagus itu. Ada beberapa sepatu yang saya coba untuk mengenakannya.. dan ada tas-tas wanita terbaru yang saya lihat warna, model, maupun bentuknya... Lalu, hati kecil saya berkata, “Kalau kamu punya uangnya, akankah kamu membelinya?’

Saya pulang dengan renungan tersebut sepanjang jalan... sepanjang malam.. dan beberapa hari berikutnya....

AHAaaaa.......!!!!!!!!!!!
Saya menemukan jawabannya.

“Betul juga, ya...” Kalau saya punya uang pada waktu saya melihat-lihat barang secara iseng, sangat mungkin saya akan membelinya, terlepas dari apakah saya sangat membutuhkannya atau tidak. Semakin keinginan hati saya diikuti, semakin besar dorongan saya untuk memuaskannya lebih lagi. Semakin sering saya akan pergi shopping yang semula sifatnya hanya window shopping menjadi shopping beneran. Sangat mungkin pula, lalu, saya mencantumkan dalam agenda saya pada keterangan hobby: BELANJA.

Apakah itu arti Financial Freedom yang saya tuju?  Yang penting kaya, punya duit sehingga ada kebutuhan apa pun bisa dengan mudah kita penuhi.

Lalu, saya merenung kembali... sambil mencari beberapa bacaan menarik tentang masalah keuangan. Kenapa saya temukan nada sama: bahwa kita berhak kaya – atau kaya itu asyik...  tetapi sedikit yang berbicara bagaimana kalau tidak terlalu kaya, tetapi tetap asyik?

Renungan saya tentang konsep Financial Freedom pun akhirnya bergeser...

Alangkah senangnya kalau saya termasuk dalam kategori orang terkaya. Menjadi kaya itu menyenangkan, dan sah-sah saja..  tapi, mensyukuri berapa yang ada pada saya sekarang seraya tetap mengusahakan yang terbaik yang dapat saya buat dalam segala aspek hidup saya, itu menjadi hal yang jauh lebih penting bagi saya sekarang ini.

Saya harus sadar bahwa saya memiliki cukup uang. Terlalu banyak tidak, terlalu sedikit juga tidak. Banyak atau sedikit bukanlah  masalah-nya.  Yang jelas, ketika uang terbilang sedikit, saya tidak nelangsa, ketika uang dirasa terlalu banyak saya tahu ke mana atau bagaimana mengalokasikannya untuk menjadi manfaat yang berguna bukan hanya untuk memuaskan keinginan hati saya.

Artinya lagi... sebetulnya Financial Freedom tidak melulu bicara Finance – yang berarti berkaitan langsung dengan adanya uang, atau keahlian mengelola uang.  Saya sendiri lebih condong kepada kata Freedom yang mengemuka di depan, baru setelahnya Financial yang dijelaskan. 

Kebebasan finansial merujuk kepada pemahaman yang benar tentang makna bebas. Baru masuk ke dalam tahap pengertian yang benar tentang keuangan.

Saya memutuskan untuk memilih kata bebas sebagai kata yang penting dan signifikan untuk diadopsi terlebih dahulu sehingga dapat menyikapi masalah finansial secara benar.
Bebas berarti saya tidak terikat. Bebas berarti saya tidak terbeban. Bebas berarti lepas. Bebas berarti merdeka. Dan itu dimulai dengan pengertian yang benar tentang hati dan jiwa saya: mau terikat pada apa?  Bisakah saya sepenuhnya memiliki hati yang bebas? Jadi individu yang sama sekali bebas, sedangkan kita hidup sebagai bagian dari satu komunitas tertentu atau satu tatanan sosial tertentu?

Alangkah indahnya hidup bilamana setiap orang dapat memahami hakkat “hati dan jiwa” yang terbebas namun tetap memahami konteks keterkaitan dalam hubungan antar manusia dan lingkungannya.

Dalam konteks keuangan, maka itu dapat berarti bahwa  hati dan jiwa saya bebas dari keterikatan dengan hal-hal yang berkorelasi dengan uang. Maksudnya?

Uang tidak boleh menjadi indikator kebebasan saya. 
Ada uang saya merasa punya harga diri, dipandang sukses, punya kepribadian, punya predikat, dan lain-lain. Sehingga uang lah yang menjadi “merek generik” atas kata sukses. Tidak juga, kan? Apa jadinya kalau hari ini saya punya uang satu miliar rupiah, lalu esok pagi uang tersebut tiba-tiba lenyap karena bencana atau apa pun juga? Masihkah saya cukup kuat menyikapi hidup dengan hati dan jiwa yang bebas, tanpa merasa sakit?

Uang tidak berkaitan langsung dengan kebebasan dalam memutuskan membelanjakan atau menggunakan uang saya
Kalau saya punya uang semiliar, saya akan membagi rejeki saya dengan yang gak punya. Lalu, kalau uang saya baru ada dalam bilangan sejuta, apakah saya akan memberikan bagian saya juga untuk mereka?  Kalau saya harus menunggu indikator saya kaya baru saya belajar berbagi dengan orang yang memerlukan, maka saya sesungguhnya kurang memahami arti bersyukur atas setiap rejeki yang sudah Tuhan berikan dalam hidup saya, dan kurang belajar menerima realitas kehidupan atas orang-orang yang pantas ditolong atau diberkati oleh kehadiran saya sehingga hidup saya menjadi bermakna.

Jadi,

Akhirnya kebebasan finansial bisa bermakna kemandirian atau keberdikarian seseorang dari hal-hal yang bersifat materi – dan orang itu tidak berfokus kepada besarannya. 
Kita akan sungguh-sungguh bebas secara finansial manakala kita sudah dapat memiliki sikap iman yang benar tentang kehidupan. Ada uang saya bersyukur, tidak ada uang saya tidak menjadi senewen, pencuri, perampok, atau nekad melakukan berbagai hal agar saya punya. Namun, dengan sadar diri dan iman yang benar saya akan tetap berusaha untuk supaya saya dapat memperoleh dan memiliki uang sesuai kapasitas kesanggupan saya mengelola serta  kepercayaan pihak lain bagi saya untuk mengelolakannya. Dan itu di dalamnya ada “anugerah” yang Tuhan percayakan.

Kebebasan finansial seharusnya dapat disikapi secara bijak dengan cara: uang tidak akan menjadi alat kendali kehidupan saya dan orang-orang lain yang ada di bawah atau di dalam pengaruh saya –karena manusia lebih berharga dari uang— sehingga saya pun memang membebaskan nilai-nilai hidup saya dari hal-hal yang sifatnya terukur secara materi..; sekalipun saya tetap berlaku jujur dan santun bahwa ada apresiasi material tertentu yang layak diterima atas setiap usaha yang dilakukan. Prinsip ini akan menuntun kita kepada pola hidup yang  ingin lebih atau serakah tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Orang-orang yang terus menerus ingin mendapatkan lebih karena merasa telah atau sanggup memberi lebih akhirnya pun bisa terjerat kepada rasa frustrasi karena merasa tidak puas  dengan pencapaian sebelumnya....  wahai...

Seandainya saja kita paham bahwa di dunia ini ada terlalu banyak hal yang tidak dapat ternilai dengan uang, maka konsep financial freedom harus menjadi satu konsep yang holistik bukan melulu bagaimana uang bekerja bagi kita, tetapi juga bagaimana kita menempatkan diri di antara uang dan nilai-nilai kehidupan. Dan, karena itu, pengertian tentang finansial freedom sebagai kunci dari sikap hidup yang benar layak ditelaah dan terus digali... agar kita tidak bergeser ke jalur yang salah dalam memaknai tujuan hidup selagi kita masih dapat bernapas. Uang bukanlah tujuan. Kebebasan sudah terlebih dahulu ada pada hakekat hidup kita. Mengapa kita menjadi terikat padanya?

--
Salam Sukses Selalu,



Sifra Susi Langi

Rabu, 03 Oktober 2012

Kiat sukses menjual dengan konsep weapon selling





-          Harus suka tantangan, tidak ada kata sulit untuk menjual


  Konsep weapon selling :


W : weaning attitude ( semangat menang ) 
                       dibutuhkan mental yang kuat dan keyakinan !!!  Ciri - ciri :
                                - yakin !!!!
                                -  Bertanggung jawab
                                -  Orang kunci ( orang yg bisa membawa suasana )

E : antusiasisme
                       Harus punya antusiasme yang tinggi untuk menjual

A : action
                       Segeralah melakukan action atau tindakan untuk menuju tujuan kita

P : patahkan limiting believe
Yang dimaksud di sini adalah Kepercayaan kita tentang takut untuk maju kita harus patahkan untuk bisa menjadi org yang sukses

O : ketaatan
Sifat patuh dan taat atas semua aturan dalam hidup ini : tuhan, orang tua, pemerintah,dll  ( Apabila kita menjadi orang yang taat, kita akan menjadi pribadi yang tulus sehingga                 memudahkan untuk selling karena aura tulus itu akan terlihat ,meskipun kita lewat telp pada saat penawaran apabila kita tersenyum itu akan sampai ke hati customer )

Ilmu sun zhu : perdaya langit lewati laut Tidak boleh menyebut lawan saing kita dengan       sebutan competitor melainkan dengan sebutan sobat  ! untuk bisa mengalirkan semangat yang  tidak buas dan berdampak negatif.

N : new world paradigma
Berpikir yang baik tentang yang ada di dunia ini, hilangkan sifat iri Berpikir yang indah tentang produk kita, cara menjualnya serta menvisualisasikan secara focus tentang produk kita. Dengan konsep tersebut pasti yakin dan bisa, kalau kita bisa menjual dengan mudah dan tidak ada kata sulit.

Semoga dengan konsep ini kita semua bisa belajar untuk menjadi sales yang baik dan berkembang.



by : mr rudy garuda food

Minggu, 30 September 2012

Beda "Perusahaan" Kaya dengan "orang" Kaya

KATA "kaya" semakin banyak digunakan para motivator. Demikian juga buku-buku motivasi. Sayang sekali bila mereka menyamakan sukses dengan kaya dan kaya adalah tujuan dalam melakukan apa saja; ya berwirausaha, ya berpolitik. Bahkan, berbagi pun ditujukan agar mendapat imbalan, "kembalian yang lebih besar dari Allah" Mari kita buka fakta-fakta berikut ini. Kaya Raya Banyak Harta. Ustad Jaya Komara tewas di sel tahanannya setelah ditangkap dua bulan lalu di sebuah hotel melati di Purwakarta. Ustad Jaya adalah wirausaha sukses yang kaya raya. Kekayaannya diduga polisi Rp 6 triliun, berasal dari 125.000 orang nasabah Koperasi Langit Biru. Caranya "sangat cerdas"; yaitu menawarkan cara cepat kaya dengan metode money game. Menurut polisi, dia memiliki banyak tanah dan sawah serta saat ditangkap sedang bersama istri mudanya.

Kedua, Inong Melinda Dee juga dikenal sebagai perempuan kaya saat bekerja di Citibank Jakarta. Walaupun posisinya hanya relationship manager, dia bisa memiliki suami siri berusia baya dan membelikan mobil-mobil mewah (Ferrari Scuderia, Ferrari California, dan Hummer) untuk suami barunya itu. Di luar, suami baru tersebut mengaku sukses berwirausaha. Saya sempat heran saat mendengar seorang "motivator" menyebutkan itulah bukti kerja cerdas.

Belakangan kita semua mengetahui, kekayaan itu hanya dapat diperoleh rnelalui jurus membobol rekening nasabah Citibank. Malinda divonis delapan tahun penjara.
Apa yang dapat kita pelajari dari fakta-fakta tersebut? Semuanya berasal dari kegairahan tak terbatas mengejar kekayaan, banyak uang, lalu berkuasa. Orang seperti itu biasanya tidak pernah puas. Seperti judul sebuah buku yang saya temui di seksi buku inspiratif yang berjudul Kaya Raya, Banyak Istri, Masuk Surga. Kalau sesuatu tak bisa dibeli, ya dirampas. Supaya jalan mulus, pejabat pun dibeli. Pensiunan orang kuat pun ditaruh dalam struktur organisasi. Semuanya dimulai dari niat awal seseorang berusaha atau berbuat. Ketika kewirausahaan bukan tujuan, melainkan alat, yaitu alat menjadi kaya, bacaan-bacaannya pun adalah buku jalan pintas yang ada kata-kata "kaya"nya. Mereka tidak perlu tenaga ahli. Yang diperlukan adalah orang yang mau menjalankan keinginan mereka.

Perusahaan Kaya

Sekarang mari pelajari apa bedanya mereka dengan "perusahaan" kaya. Perusahaan mencerminkan karakter pembangunnya. Orang bisa saja kaya dari perusahaannya, tetapi kaya bukanlah tujuannya. Kaya adalah akibat dari pemberian Tuhan, kerja keras yang cerdas, disiplin diri, dan tentu saja berasal dari kepercayaan.
Di antaranya, saya menemukan perusahaan yang orang-orangnya tidak dikenal sebagai pengusaha kaya. Nama mereka jarang disebut-sebut.

Ambil saja contoh Astra Intemasional Tbk yang pertengahan tahun ini mengumumkan keuntungannya (enam bulan pertama) Rp 9,7 triliun dan mempekerjakan 176.000 karyawan. Kalau digabung dengan anak-anak perusahaannya, nilai kapitalisasi pasar Astra mencapai 14 persen dari seluruh perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia.

Di kantor Astra, saya membaca tulisan ini : Per Aspera Ad Astra, mencapai bintang-bintang di langit melalui kerja keras. Tak ada kata kerja cerdas kendati mereka terdiri atas orang-orang yang cerdas. Mereka tahu, kecerdasan hanya tumbuh di tangan orang-orang yang mau bekerja keras. Mereka belajar dari berbagai kesulitan. Dan kalau Anda bertemu dengan "lulusan" Astra, Anda akan mengerti apa yang membedakan mereka dengan yang lain. Mereka adalah orang-orang yang sangat percaya pada proses, bukan jalan pintas. Kalau prosesnya sudah benar, output-nya akan benar.

Pandangan Astra itu dituangkan dengan bagus oleh Tjahjadi Lukiman, "lulusan Astra" yang kini aktif di Triputra Group dalam bukunya, Right Process Will Bring Great Results. Cara pandang tersebut berbeda dengan buku-buku jalan pintas yang menjanjikan seakan-akan ada cara mudah menjadi kaya, yaitu dengan berwirausaha cara cerdas, dua menit sukses, tanpa modal, cara malas, cara kepepet, dan seterusnya.
Kalau belum pemah membangun usaha besar sudah merasa besar, biasanya mereka tidak mengerti bahwa sukses tak semudah yang mereka ucapkan, juga tidak pernah mereka pikirkan apa akibatnya bagi masa depan bangsa ini.

Bukti-bukti ilmiah menunjukkan, kaya menuntut proses yang mendalam dan membangun sebuah proses membutuhkan komitmen yang berarti persiapan (bukan kepepet), keberanian yang dipikirkan (bukan ngawur-ngawuran), sumber daya yang dicari kiri dan kanan, tata nilai yang dijaga dengan teguh dan penuh kesadaran, serta membangun manusia menjadi kehebatan. Dan, kaya dalam bisnis berarti kaya pada harta-harta tak terlihat (intangibles) seperti reputasi, keterampilan, kejujuran, brand image, pengetahuan, hak paten, jaringan pemasaran, dan segala hal yang tak mungkin dicapai dalam sekejap.

Jadi, kaya yang stabil itu bukan besarnya rumah, ukuran tanah, mobil, atau perhiasan yang bisa dilihat orang. Itulah yang membedakan Astra dengan orang-orang kaya yang saya sebut di atas. teman - teman tinggal memilih, ingin cepat kaya, tetapi labil dan berpotensi masuk penjara atau membangun perusahaan yang kaya dan dihormati banyak orang. Kalau pilihan jatuh pada yang kedua, bersusah-susahlah dahulu, jaga nama baik dan integritas, dan berproseslah. (*)

*) Guru besar FE Universitas Indonesia, pakar bisnis dan strategi

Sabtu, 08 September 2012

Belajar dari Korea Selatan : Kesuksesan Industri-Ekonomi Korea


Belajar dari Korea Selatan : Kesuksesan Industri-Ekonomi Korea
Tepat 2 hari setelah Korea Selatan merdeka, Indonesia juga memproklamir kemerdekaan setelah 2 kota besar Jepang dijatuhi bom atom pada 6 dan 9 Agustus 1945. Sesaat setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Belanda dan sekutu (Inggris, Amerika Serikat dan cs) secara berusaha menjajah kembali wilayah Indonesia. Pada saat yang sama, terjadi pemberontakan diberbagai daerah di nusantara. Hal yang sama terjadi di Korea Selatan. Tidak lama setelah merdeka, Korea mengalami perang saudara yang disulut oleh kepentingan ideologi asing. Perang Korea pada 1950-1953 yang menewaskan hampir 2.5 juta jiwa menghancurkan perekonomian dan stabilitas negara yang baru berdiri.

Merdeka Pada Tahun yang Sama, Tapi Hasilnya Berbeda
Dari segi usia dan sejarah pahit masa-masa pra dan pasca kemerdekaan, Indonesia tidak jauh berbeda dengan Korea Selatan (Korsel).  Indonesia dan Korsel sama-sama menjadi negara miskin setelah lama dijajah. Namun, ada satu hal yang sangat mencolok antara Indonesia dan Korsel pada saat itu (dan sekarang). Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam dan tanah yang subur, sementara Korea sangat miskin dengan sumber daya alamnya. Dalam kondisi yang bertolakbelakang ini, ternyata dalam beberapa dekade kemudian justru Indonesia tertinggal jauh dibanding Korea. Bukan sebaliknya…..

Dari awalnya adalah negara pertanian tradisional paling miskin, Korsel bangkit menjadi negara industri modern  yang disegani dunia. Bayangkan, diawal-awal Korsel harus bergantung pada utang luar negeri hanya sekadar bertahan, bukan berkembang. Saking begitu miskinnya, AS juga sampai memutuskan mengurangi bantuan karena mengira Korsel tidak akan pernah bisa tumbuh.

Dalam beberapa dekade kemudian, Korsel mencetak prestasi yang sangat luar biasa sekaligus menjungkirkan semua pandangan rendah terhadap bangsa Korea. Pada saat yang sama, bangsa Korea bertekad untuk menyalip negara yang pernah menjajah dan negara yang pernah memandang sebelah mata. Perihnya penjajahan Jepang membuat bangsa Korea harus mengalahkan bangsa Jepang (dalam pengertian soft-power). Ditambah dengan sikap AS yang awalnya memandang rendah justru membuat bangsa Korsel bangkit dan sadar bahwa hanya kebijakan radikal dan semangat kebangsaan tinggi (atau istilah Bung Karno : national and character building) yang bisa membebaskan perekonomian dari stagnasi dan kemiskinan.

Indonesia yang kaya dengan sumber daya dan hasil alamnya, meskipun merdeka pada tahun yang sama dengan Korea, bangsa Indonesia ternyata tertinggal sangat jauh 4 dekade kemudian. Selama kurun 1960-1990, Korsel merupakan termasuk salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat. Tahun 1988 (43 tahun kemerdekaan), Korsel sukses menjadi tuan rumah Olimpiade Dunia 1988. Memasuki tahun 1990-an, Korea semakin menunjukkan eksistensinya menjadi negara maju dengan pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia yang tinggi.

Dan hingga saat ini, Korsel telah mengalahkan banyak negara dunia termasuk Eropa. Korsel menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ke-15 terbesar dunia dan keempat di Asia setelah Jepang, China dan India. Korsel menjadi salah satu negara eksportir barang manufaktur berteknologi tinggi utama, mulai dari elektronik, mobil/bus, kapal, mesin-mesin, petrokimia hingga robotik.

Salah satu kekuatan ekonomi Korsel digerakkan oleh sistem jaringan. Bila bangsa China menggunakan akar jaringan rantau yang berbasis pada klan/marga, dialek, lokalitas, perhimpunan dan terpenting kepercayaan. Bangsa Korea juga menerapkan akar jaringan yang sama yakni kepercayaan yang lebih dikenal dengan Chaebol. Jaringan Chaebol Korea merupakan konglomerasi korporasi raksasa yang menguasai ekonomi Korea. Chaebol didukung oleh keluarga, namun berbeda dengan Keiretsu di Jepang atau Grupo di Amerika Latin,  para pemimpin Chaebol hampir tidak pernah memegang posisi resmi/legal chaebol yang dipegangnya. Diantara konglomerasi Chaebol adalah korporasi raksasa Samsung, LG, Hyundai-Kia dan SK.


Angka-Angka Fantastis Ekonomi Korea
Diawal tahun 1960-an, ekonomi bangsa Indonesia tidak jauh berbeda dengan  Korea. Pada saat itu,perndapatan per kapita negara Korsel dan Indonesia dibawah US 100 dolar. Indonesia dengan pendapatan per kapita sekitar USD 70 dan Korea USD 80 per kapita.  Lima puluh tahun kemudian, income per kapita bangsa Korea Selatan naik menjadi USD 19.000, sementara Indonesia baru menyentuh USD 2.200. Pendapatan per kapita Korsel naik 235 kali lipat dan Indonesia hanya naik 1/8-nya atau naik 31 kali.
Ini berarti, rata-rata rakyat Korsel mengalami peningkatan pendapatan 490% per tahun, sementara kenaikan pendapatan rata-rata rakyat Indonesia hanya 64% per tahun. Angka ini tentu tidak menunjukkan realitas yang sesungguhnya, karena baik Korea maupun Indonesia masih memiliki Indeks Gini yang tinggi (perbedaan antara si kaya dan miskin).

  • Negara dengan kenaikan PDB lebih 400 kali lipat dari USD 2,3 miliar (1962) menjadi USD 930 miliar (2008 )
  • Negara dengan kenaikan Income per capita 23500% dari USD 80 (1962) menjadi USD 19.000 (2008 )
  • Negara produsen terbesar dibidang perkapalan (sumber). Salah satu produk fenomenal dari industri perkapalan Korea adalah Kapal MS Oasis of the Seas. MS Oasis ini merupakan kapal penumpang terbesar dunia. Kapal ini dibuat oleh perusahaan Korsel STX Europe. Termasuk Kapal Perang RI (Sumber).
  • Negara produsen terbesar ke-3 dibidang semikonduktor.
  • Negara produsen terbesar ke-4 dibidang digital elektronik.
  • Negara produsen terbesar ke-5 masing-masing dibidang otomotif, baja, tekstil dan petrokimia.
  • Negara dengan akses internet tercepat di dunia (12 Negara Internet Tercepat Dunia)
  • Kekuatan ekonomi ke-4 terbesar di Asia setelah Jepang, China dan India. Didunia Korsel menduduki peringkat ke-15.
  • Negara eksportir terbesar ke-11 dunia.  Atau menduduki eksportir terbesar ke-3 Asia setelah China (2 dunia)  dan Jepang (4 dunia). Sementara Indonesia berada di peringkat 31.
  • Negara dengan 97% eskpor merupakan produk manufaktur berteknologi tinggi.
  • Negara dengan cadangan devisa terbesar ke-4 dunia.
  • Negara dengan pertumbuhan ekspor rata-rata 30% selama 3 dekade. Nilai ekspor naik dari 3% GDP (1962) menjadi 37% GDP (2000)
  • Negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI) tinggi. Peringkat 26 dari 180 negara. Sementara HDI Indonesia berada di peringkat 111 dan lain-lain.
Belajar dari Kunci Sukses Korea Selatan
Bagaimana dari negara miskin sumber daya, Korsel bisa membangun kekuatan industri yang begitu dahsyat? Kasus Korsel menunjukkan kunci sukses suatu pembangunan ekonomi bukan terletak pada ada atau tidaknya SDA, tetapi pada ada tidaknya kemauan dan kemampuan manusianya, terutama level pemimpinnya, dan pada pilihan pilihan strategi kebijakan (Sri Hartati Samhadi).

Menurut ekonom Korea Institut for International Economic Policy, Chuk Kyo Kim,  keberhasilan Korea Selatan dapat tidak lepas dari perhatian besar pemerintah Korsel pada pendidikan, pembangunan sumber daya manusia, serta investasi agresif di kegiatan penelitian dan pengembangan.

Disamping faktor besar dari pemerintah, kesuksesan Korsel juga tidak lepas dari pembangunan karakter dan kebangsaan rakyat Korsel yang tangguh. Tumbunya jiwa kewiraswastaan, tenaga kerja yang sangat terlatih, pengelolaan utang luar negeri yang baik, pemerintahan yang relatif bersih, makroekonomi yang solid, dan kondisi sosial-politik yang relatif bebas dari konflik.

Keberhasilan Korsel jelas didukung budaya kerja keras dan etos kerja yang tinggi. Orang Korsel dikenal sebagai pekerja keras, dengan jam kerja jauh lebih panjang dibandingkan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) lain. Faktor lain adalah adanya kemitraan kuat antara pemerintah, swasta dan masyarakat, serta kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan tantangan baru.

Dari sisi strategi kebijakan, dari awal penguasa Korsel menyadari pentingnya mengembangkan sektor generatif. Hal itu meliputi sektor-sektor ekonomi unggulan yang secara simultan bisa menjadi sumber akumulasi kapital dan memungkinkan terjadinya pertumbuhan berbagai industri turunan dan industri terkait, sekaligus sumber inovasi teknologi dan kelembagaan, seperti pada kasus industri baja dan industri pembuatan kapal.

Industri baja yang kuat menjadi katalis bagi tumbuhnya industri otomotif, pembangunan kapal, peti kemas, jalan raya, konstruksi, dan industri perlengkapan rumah tangga, yang saling mendukung dan memperkuat. Sementara itu, industri pembuatan kapal melahirkan industri rekayasa elektrik, elektronik, kimia, material, dan mekanis.

Jadi, selain “political will” pemerintah Korsel yang tinggi terhadap pembangunan bangsanya, mentalitas rakyat Korea sudah terbentuk dengan bangga dan cinta menggunakan produk lokal. Orang Korea paling benci menggunakan produk dari negara yang pernah menjajahnya yakni Jepang. Untuk menggunakan produk canggih, secara bertahap dan mandiri, mereka memproduksi sendiri. Karakter bangsa yang cinta akan produk dalam negeri ini membuat perusahaan-perusahaan raksasa Korea jaya didalam negeri sekaligus bertahap jaya di luar negeri.

Produk-produk Samsung Electronics, POSCO, Hyundai Motor, KB Financial Group, Shinhan Financial Group, Samsung Life Insurance, Korea Electric Power, LG Electronics, Hyundai Mobis, LG Chem menjadi pilihan utama warga Korea. Produk-produk perusahaan Korea dapat ditemukan disetiap sisi jalan (mobil dan motor), setiap individu (ponsel, kamera), setiap rumah (televisi, mesin cuci, AC, rice cooker dll).

Hyundai Genesis Coupe, mobil mewah/lux yang diproduksi oleh PT Hyundai Kia Automotive Group, perusahaan mobil nomor 4 dunia setelah Toyota, GM dan Volkswagen

Perbedaan Mencolok
Itulah pesan yang pernah saya terima dari Pak Shidiq G, salah satu rekan kita yang saat ini menjadi TKI di Korea Selatan (perusahaan LG). Dalam beberapa kesempatan beliau bercerita kepada saya bagaimana perhatian pemerintah Korea, dan bagaimana pola hidup masyarakat di Korea. Pak Shidiq sudah hampir 5 tahun berada di Seoul Korea (3 tahun + 2 tahun terakhir). Dalam salah satu pesannya, beliau begitu ‘iri’ dengan budaya dan perkembangan Korea Selatan yang begitu pesat bila dibanding dengan Indonesia.
Berikut beberapa ‘pesan’ yang ingin disampaikan Pak Shidiq sebagai bahan renungan kita dalam membangkitkan industri lokal dengan turut serta mencintai produk lokal.
  1. Orang Korsel membeli mobil Hyundai, KIA, Daewoo atau Sangyong sebagai kendaraannya. Hanya sedikit sekali yang membeli Toyota, Honda, BMW, Mercy  atau yang lainnya.
  2. Orang Korsel membeli dan memakai HP bermerek Samsung atau LG. Sangat sedikit sekali saya melihat orang Korsel yang menggunakan Motorola, Soni atau Nokia. (Catatan tambahan : Samsung dan LG saat ini masing-masing menduduki peringkt 2 dan 3 produksi ponsel terbesar dunia setelah Nokai)
  3. Orang Korsel membeli motor yang bermerek Daelim, Hyosung. Jarang sekali ditemukan motor bermerek Honda, Yamaha, Suzuki atau Harley.
  4. Dirumah-rumah orang Korsel dipenuhi perabotan elektronik bermerek Samsung dan LG. Baik TV, DVD, mesin cuci, kulkas, komputer, heater, AC, hingga setrika.
Bagaimana dengan Indonesia?
Dari mobil, motor, ponsel dan peralatan elektronik hampir 95% adalah produk-produk asing. Cobalah kita lihat produk-produk yang kita pakai selama ini, sebagian besar adalah dari produk luar. Meskipun kita telah sama-sama merdeka dengan Korea Selatan sejak 1945, meskipun sumber daya alam kita lebih kaya daripada Korsel, ternyata bangsa kita sangat antusias menggunakan  mobil Toyota, Honda, Nissan, Daihatsu, BMW, Hyundai, Mercy.

Menggunakan HP bermerek Nokia, Sony Ericsson, Motorola, Samsung, LG, Haier, ZTE dll. Dan dijalan-jalan kita  bangga menggunakan motor bermerk Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, atau motor China.  Sampai dirumah, kita bangga dengan hampir semua perabotan elektronik rumah kita yang merupakan merk-asing. Kita bangga dengan produk LG, Sony, Toshiba, Samsung. Sementara produk-produk buatan bangsa Indonesia seperti Polytron masih mendapat porsi yang kecil oleh masyarakat kita.

Apa yang dapat kita petik dari kedua kondisi diatas? Pertama adalah mental bangsa kita yang lebih menghargai negara asing bahkan negara mantan penjajah. Berbeda dengan bangsa Korea yang berjuang mati-matian untuk memajukan bangsanya agar dapat menyalip kesuksesan negara yang pernah menjajahnya yakni Jepang atau negara-negara yang pernah melecehkannya seperti Amerika. Kedua adalah peran besar pemerintah dalam pendidikan, pengembangan sumber daya serta investasi yang besar dalam industri teknologi. Inilah yang dulunya dirancang Pak Habibie dalam membawa Indonesia maju kedepan. Sayang rencana besarnya kandas ketika krisis 1997 menghantam Indonesia.

Dan perlu kita lihat dan pelajari bahwa cara mereka ‘melawan’ atau ‘membenci’ negara asing yang pernah merugikan negaranya bukan dengan aksi kekerasan, perusakan, penghinaan ideologi, atau usaha-usaha hard-power. Namun semuanya dilawan dengan cara-cara yang sangat elegan yakni soft-power. Cara paling sederhana adalah mereka malu menggunakan produk Jepang, disisi lain mereka bercita-cita untuk mengalahkan Jepang. Mereka tidak akan mengalahkan Jepang dengan kekuatan senjata, tetapi mengalahkan Jepang dalam persaingan bisnis, industri dan ekonomi.

Mestinya kita bisa belajar dari bangsa Korea. Musuh utama kita adalah negara-negara asing yang telah menjajah negara kita, yang telah berusaha membela-bela bangsa kita dengan gerakan separatis dan adu domba, maka saatnya bangsa kita bangkit untuk setiap saat memikirkan cara-cara memajukan bangsa. Sambil bekerja dan berinovasi, bangsa kita harus malu menggunaan produk-produk negara ‘jahat’. Kita harus mulai malu menggunakan produk negara Jepang yang pernah 3.5 menjajah Indonesia, SPBU Shell yang negaranya menjajah 350 tahun Indonesia, Amerika Serikat yang berkali-kali membantu pemberontakan PRRI/Semesta dan sejumalah konspirasi lain atau produk Air Asia atau XL dari negeri jiran Malaysia. Dan masih banyak lagi.
**************

Kemajuan ekonomi dan perindustrian Korsel tidak lepas dari penguasaan bangsa Korea dalam industri manufaktur yang berkembang menjadi riset-pengembangan. Penguasaan industri ini lalau didukung penguasaan pasar lokal oleh bangsanya sendiri. Dengan lakunya produk-produk yang diproduksi perusahaan lokal berarti perusahaan lokal akan terus maju dan berkembang menjadi besar bahkan raksasa. Hal ini berdampak langsung pada penciptaan lapangan pekerjaan. Hasil pertumbuhan industri dan ekonomi digunakan untuk kemakmuran bangsa Korsel.  Sehingga sangatlah wajar Pak Shidiq bercerita bahwa ‘sangat mudah mencari pekerjaan di Korea Selatan” dibanding di Indonesia. Penyebabnya sangat jelas, saat ini bangsa Korsel adalah bangsa penghasil, sementara saat ini bangsa Indonesia adalah bangsa pemakai.